Laman

SELAMAT DATANG DIBLOGKU, JANGAN LUPA BERIKAN KOMENTARMU

Selasa, 08 Januari 2013

Ringkasan Materi sosiologi kelas XI tentang Mobilitas sosial

SEMESTER 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Memahami proses mobilitas sosial
1.  Mendeskripsikan proses mobilitas sosial di dalam suatu masyarakat
2.   Menjelaskan bentuk – bentuk mobilitas sosial
3. Memaparkan faktor – faktor pendorong mobilitas sosial
4.     Mendeskripsikan konsekuensi dari mobilitas sosial

A.    Pengertian Mobilitas
Kata mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak gerak. Menurut Ransford, mobilitas sosial adalah gerak naik – turun dari individu atau kelompok dalam suatu heararki sosial(Jeffries dan Ransford, 1980:491). Berbeda dengan Rasford, Kimball Young dan Raymond W. Mark mengartikan mobilitas sosial atau gerakan sosial sebagai suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola – pola tertentu yang mengatur orgainsasi suatu kelompok sosial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mobilitas sosial merupakan  perpindahan status dalam  stratifikasi sosial atau pelapisan sosial di masyarakat.

B.     Bantuk – Bentuk Mobiliats Sosial
1.      Mobilitas horizontal
Mobilitas horizontal adalah peralihan individu atau objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Ciri khas yang bisa dicermaai dalam mobilitas horizontal ialah tidak terjadinya perubahan dalam derajat kedudukan seo\seorang atau objek sosial yang mengalami peralihan. Contohnya peralihan kewarganegaraan, perubahan mode pakaian, dan perubahan ideologi.
2.      Mobilitas vertikal
Mobilitas vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial yang satu kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Pengertian tidak sederajat dapat diartikan dual hal, yaitu mengalami kenaikan atau sebaliknya mengalain penurunan derajat. Ciri kahs yang bisa di amati adalah terjadinya perubahan derajat dalam mobilitas tersebut. Mobilitas vertikal terbagi menjadi dua yaitu:
a.       Social climbing
Social climbing atau disebut mobilitas vertikal naik adalah mobilitas sosial ayng di dalamnya terjadi kenaikan derajat. Social climbing memiliki dua bentuk utama yaitu:
 ·  Masuknya individu – individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
 ·   Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu – individu pembentuk kelompok tersebut.
Contohnya, seorang dokter bedah yang diangkat menjadi dokter kepala bidang bedah di suatu rumah sakit.
b.      Social sinking
Social sinking atau disebut juga mobilitas vertikal turun adalah mobilitas sosial yang di dalamnya terjadi penurunan derajat. Social sinking memiliki dua bentuk utama, yaitu:
·           Turunnya kedudukan individu – individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
·    Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contohnya, seorang kepala biro yang diturunkan posisinya oleh menajemen perusahaan menjadi staf biasa karena melanggar peraturan perusahaan.
Menurut Pitirim A. Sorikin, gerakan sosial vertikal memiliki saluran – saluran dalam masyarakat. Proses gerakan sosial vertikal melalui saluran tersebut dinamakan social circulation(Soekarto, 1990:278). Saluran – saluran itu sebagai berikut:
a.       Angkatan bersenjata
Dalam sistem militer angkatan bersenjata memiliki peranan penting pada suatu negara yang berada dalam keadaan perang. Contohnya adalah kenaikkan pangkat seseorang prajurit karena jasa – jasanya pada negara .
b.      Lembaga – lembaga keagamaan
Pada umumnya, agama mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama di mata Tuhan. Ajaran ini akikatnya untuk  menaikkan derajat orang – orang yang berada pada lapisan bawah dalam stratifikasi di masyarakat.  Contohnya Ajaran Nabi Besar Muhammad SAW yang mengajarkan umat Muslim untuk berusaha karena Allah SWT tidak akan mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri.
c.       Lembaga – lembaga pendidikan
Sekolah merupakan saluran konkret bagi mobilitas sosial vertikal. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mobilitas sosial vertikal. Masyarakat sangat menghargai seseorang yang mempunyai pendidikna tinggi karena dianggap memiliki kemampuan bekerja, contohnya pegawai negeri, dokter, guru dll, sedangkan sesorang dengan pendidikan rendah akan diperkerjakan sebagai kuli, office boy dsb.
d.      Organisasi – oraganisasi politik, ekonomi, dan keahlian
Organisasi politik , ekonomi, atau organisasi dengan keahlian tertentu terkadang menjadi jembatan seseorang untuk meraih prestise tertentu di masyarakat. Contohnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentu memiliki prestise yang berbeda dibandingkan dengan dokter biasa.
e.       Perkawinan
Melalaui perkawinan , mobilitas sosial vertikal naik atau turun bisa terjadi. Sesorang yang menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial di bawahnya akan mengalami mobilitas vertikal turun. Contohnya penerapan sistem kasta dalam masyarakat bali.
3.      Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas sosial yang dialami seseorang selama masa hidupnya (dalam satu generasi) atau berdasarkan riwayat hidupnya. Peralihan mobilitasnya dapat naik dan turun. Contoh mobilitas yang turun: Andi  dan Dania adalah kakak adik yang berkerja pada perusahaan yang sama. Andi sebagai direktur sedangkan Doni sebagai karyawan biasa.
4.      Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi adalah mobilitas sosial yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Mobilitas seperti ini terjadi karena adanya perubahan status sosial antara ayah dengan anak, anak dengan cucu, dan seterusnya. Mobilitas antargenerasi mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang yang telah memiliki keluarga sendiri dibandingkan dengan statsu sosial yang dimiliki orang tuanya. Dalam mobilitas ini bisa terjadi gerak naik dan turun. Contohnya anak seorang petani yang menjadi presiden atau seorang dosen yang memiliki bapak yang bermata pencarian peternak.
5.      Mobilitas geografis
Merupakan  perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain seperti transmigrasi, urbanisasi dan migrasi. Di daerah asalnya seseorang sebagai warga biasa, tetapi setelah di tempat tinggal yang baru menjadi kepala desa.
Contoh:
 Sekelompok orang yang bertransmigrasi dari daerah Jawa tengah ke daerah Lampung, kemudian diantara orang tersebut salah satunya berhasil menjadi kepala camat.
C.    Faktor – Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1.      Status sosial
2.      Keadaan ekonomi
3.      Situasi politik
4.      Motof – motif keagamaan
5.      Kependudukan (Demografi)
D.    Konsekuensi Mobilitas Sosial
1.      Konflik
Konflik terjadi karena adanya perbedaan yang mana dapat disebabkan oleh: perbedaan kebudayaan, perbedaan antar – individu, perbedaan kepetingan dan perubahan sosial. Masing – masing pihak yang berkonflik biasanya bersikukuh untuk mempertahankan pendirianya masing- masing dan berusaha menjatuhkan pendirian lawanya. Konflik dapat dibedakan menjadi 3 macam. Yaitu:
a.       Konflik antarkelas sosial
b.      Konflik antarkelompok sosial
c.       Konflik antargenerasi
2.      Proses akomodasi baru
Konflik di sisi dapat mengancam stabililitas sosial , akan tetapi di sisi lain konflik juga dapat menciptakan stabilitas baru di masyarakat. Konflik mendorong para pihak yang bersiteru untuk menciptakan penyesuaian – penyesuaian dalam upaya menyelesaikan .konflik diantara mereka. Untuk itu, stabilitas sosial baru lambat laun terbentuk di masyarakat. Penyesuaian terhadap perubahan yang diakibatkan oleh mobilitas sosial, antara lain:
a.       Berlakunya perlakuan atau aturan yang baru di masyarakat. Perlakuan atau aturan brupa sistem politik yang baru,, ideologi baru, tingkat toleransi yang tinggi, tingkat kebebasan yang lebih tinggi, dsb .
b.      Masyarakat mulai mempunyai sikap baru terhadap suatu keadaan.
c.       Terdapat pergantian dominasi dalam suatu masyarakat. Misalnya, setelah indonesia merdeka, semua warga berhak  memperoleh pendidikan yang sama.

Daftar pustaka
Hardiyanti, Adwiana. 2006. Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Widya Utama
Soerjono, Soekanto. 2007. Sosiologi, Sebagai Ilmu Pengantar. Jakarta: Grafindo.

1 komentar: