SEMESTER 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
Memahami proses mobilitas sosial
|
1. Mendeskripsikan
proses mobilitas sosial di dalam suatu masyarakat
2. Menjelaskan
bentuk – bentuk mobilitas sosial
3. Memaparkan
faktor – faktor pendorong mobilitas sosial
4. Mendeskripsikan
konsekuensi dari mobilitas sosial
|
A.
Pengertian
Mobilitas
Kata mobilitas berasal dari bahasa latin
mobilis yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak gerak. Menurut Ransford, mobilitas sosial adalah gerak
naik – turun dari individu atau kelompok dalam suatu heararki sosial(Jeffries
dan Ransford, 1980:491). Berbeda dengan Rasford, Kimball Young dan Raymond W.
Mark mengartikan mobilitas sosial atau gerakan sosial sebagai suatu gerak dalam
struktur sosial, yaitu pola – pola tertentu yang mengatur orgainsasi suatu
kelompok sosial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mobilitas sosial
merupakan perpindahan status dalam stratifikasi sosial atau pelapisan sosial di
masyarakat.
B.
Bantuk
– Bentuk Mobiliats Sosial
1. Mobilitas
horizontal
Mobilitas horizontal adalah peralihan individu atau
objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Ciri khas yang bisa dicermaai dalam mobilitas horizontal ialah tidak
terjadinya perubahan dalam derajat kedudukan seo\seorang atau objek sosial yang
mengalami peralihan. Contohnya peralihan kewarganegaraan, perubahan mode
pakaian, dan perubahan ideologi.
2. Mobilitas
vertikal
Mobilitas vertikal adalah perpindahan individu atau
objek sosial dari suatu kedudukan sosial yang satu kedudukan sosial lainnya
yang tidak sederajat. Pengertian tidak sederajat dapat diartikan dual hal,
yaitu mengalami kenaikan atau sebaliknya mengalain penurunan derajat. Ciri kahs
yang bisa di amati adalah terjadinya perubahan derajat dalam mobilitas tersebut.
Mobilitas vertikal terbagi menjadi dua yaitu:
a. Social
climbing
Social
climbing atau disebut mobilitas vertikal naik adalah mobilitas sosial ayng di
dalamnya terjadi kenaikan derajat. Social climbing memiliki dua bentuk utama
yaitu:
· Masuknya individu – individu yang
mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
· Pembentukan suatu kelompok baru yang
kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu –
individu pembentuk kelompok tersebut.
Contohnya, seorang dokter bedah yang
diangkat menjadi dokter kepala bidang bedah di suatu rumah sakit.
b. Social
sinking
Social
sinking atau disebut juga mobilitas vertikal turun adalah mobilitas sosial yang
di dalamnya terjadi penurunan derajat. Social sinking memiliki dua bentuk
utama, yaitu:
· Turunnya kedudukan individu – individu ke
kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
· Turunnya derajat sekelompok individu
yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contohnya, seorang kepala biro yang
diturunkan posisinya oleh menajemen perusahaan menjadi staf biasa karena
melanggar peraturan perusahaan.
Menurut Pitirim A. Sorikin, gerakan
sosial vertikal memiliki saluran – saluran dalam masyarakat. Proses gerakan
sosial vertikal melalui saluran tersebut dinamakan social circulation(Soekarto,
1990:278). Saluran – saluran itu sebagai berikut:
a. Angkatan
bersenjata
Dalam
sistem militer angkatan bersenjata memiliki peranan penting pada suatu negara
yang berada dalam keadaan perang. Contohnya adalah kenaikkan pangkat seseorang
prajurit karena jasa – jasanya pada negara .
b. Lembaga
– lembaga keagamaan
Pada
umumnya, agama mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama di
mata Tuhan. Ajaran ini akikatnya untuk
menaikkan derajat orang – orang yang berada pada lapisan bawah dalam
stratifikasi di masyarakat. Contohnya
Ajaran Nabi Besar Muhammad SAW yang mengajarkan umat Muslim untuk berusaha
karena Allah SWT tidak akan mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut
tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri.
c. Lembaga
– lembaga pendidikan
Sekolah
merupakan saluran konkret bagi mobilitas sosial vertikal. Pendidikan mempunyai
peranan penting dalam mobilitas sosial vertikal. Masyarakat sangat menghargai
seseorang yang mempunyai pendidikna tinggi karena dianggap memiliki kemampuan
bekerja, contohnya pegawai negeri, dokter, guru dll, sedangkan sesorang dengan
pendidikan rendah akan diperkerjakan sebagai kuli, office boy dsb.
d. Organisasi
– oraganisasi politik, ekonomi, dan keahlian
Organisasi
politik , ekonomi, atau organisasi dengan keahlian tertentu terkadang menjadi
jembatan seseorang untuk meraih prestise tertentu di masyarakat. Contohnya,
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentu memiliki prestise yang berbeda
dibandingkan dengan dokter biasa.
e. Perkawinan
Melalaui
perkawinan , mobilitas sosial vertikal naik atau turun bisa terjadi. Sesorang
yang menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial di bawahnya akan
mengalami mobilitas vertikal turun. Contohnya penerapan sistem kasta dalam
masyarakat bali.
3. Mobilitas
intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas sosial yang
dialami seseorang selama masa hidupnya (dalam satu generasi) atau berdasarkan
riwayat hidupnya. Peralihan
mobilitasnya dapat naik dan turun. Contoh mobilitas yang turun:
Andi
dan Dania adalah kakak adik yang berkerja pada perusahaan yang sama. Andi
sebagai direktur sedangkan Doni sebagai karyawan biasa.
4. Mobilitas
antargenerasi
Mobilitas antargenerasi adalah mobilitas sosial yang
terjadi antara dua generasi atau lebih. Mobilitas seperti ini terjadi karena
adanya perubahan status sosial antara ayah dengan anak, anak dengan cucu, dan
seterusnya. Mobilitas antargenerasi mengacu kepada perbedaan status yang dicapai
seseorang yang telah memiliki keluarga sendiri dibandingkan dengan statsu
sosial yang dimiliki orang tuanya.
Dalam mobilitas ini bisa terjadi gerak naik dan turun.
Contohnya anak seorang petani yang menjadi presiden atau seorang dosen yang
memiliki bapak yang bermata pencarian peternak.
5. Mobilitas
geografis
Merupakan perpindahan individu atau kelompok
dari satu daerah ke daerah yang lain seperti transmigrasi, urbanisasi dan
migrasi. Di daerah asalnya seseorang sebagai warga biasa, tetapi setelah di
tempat tinggal yang baru menjadi kepala desa.
Contoh: Sekelompok orang yang bertransmigrasi dari daerah Jawa tengah ke daerah Lampung, kemudian diantara orang tersebut salah satunya berhasil menjadi kepala camat.
Contoh: Sekelompok orang yang bertransmigrasi dari daerah Jawa tengah ke daerah Lampung, kemudian diantara orang tersebut salah satunya berhasil menjadi kepala camat.
C.
Faktor
– Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1. Status
sosial
2. Keadaan
ekonomi
3. Situasi
politik
4. Motof
– motif keagamaan
5. Kependudukan
(Demografi)
D.
Konsekuensi
Mobilitas Sosial
1. Konflik
Konflik terjadi karena adanya perbedaan yang mana
dapat disebabkan oleh: perbedaan kebudayaan, perbedaan antar – individu,
perbedaan kepetingan dan perubahan sosial. Masing – masing pihak yang
berkonflik biasanya bersikukuh untuk mempertahankan pendirianya masing- masing
dan berusaha menjatuhkan pendirian lawanya. Konflik dapat dibedakan menjadi 3
macam. Yaitu:
a. Konflik
antarkelas sosial
b. Konflik
antarkelompok sosial
c. Konflik
antargenerasi
2. Proses
akomodasi baru
Konflik di sisi dapat mengancam stabililitas sosial
, akan tetapi di sisi lain konflik juga dapat menciptakan stabilitas baru di
masyarakat. Konflik mendorong para pihak yang bersiteru untuk menciptakan
penyesuaian – penyesuaian dalam upaya menyelesaikan .konflik diantara mereka.
Untuk itu, stabilitas sosial baru lambat laun terbentuk di masyarakat. Penyesuaian terhadap perubahan yang diakibatkan oleh
mobilitas sosial, antara lain:
a. Berlakunya
perlakuan atau aturan yang baru di masyarakat. Perlakuan atau aturan brupa
sistem politik yang baru,, ideologi baru, tingkat toleransi yang tinggi,
tingkat kebebasan yang lebih tinggi, dsb .
b. Masyarakat
mulai mempunyai sikap baru terhadap suatu keadaan.
c. Terdapat
pergantian dominasi dalam suatu masyarakat. Misalnya, setelah indonesia
merdeka, semua warga berhak memperoleh
pendidikan yang sama.
Daftar pustaka
Hardiyanti,
Adwiana. 2006. Sosiologi Untuk SMA dan MA
Kelas XI. Jakarta: Widya Utama
Soerjono,
Soekanto. 2007. Sosiologi, Sebagai Ilmu
Pengantar. Jakarta: Grafindo.
Ty so much
BalasHapus